GenPI.co Ntb - IJU sebagai kandidat yang didukung suara mutlak tujuh dari sepuluh DPC Partai Demokrat NTB ingin mengusulkan ke DPP Partai Demokrat duet Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono dengan Gubernur NTB H Zulkieflimansyah yang akrab disapa Bang Zul sebagai calon presiden dan wakil presiden Indonesia.
"Tiga kata menggambarkan duet tokoh ini adalah muda, cerdas, dan berkarakter," katanya, Minggu (2/1).
Duet AHY dan Bang Zul ini akan menjadi pasangan yang pas dan merupakan representasi dari Indonesia barat dan Indonesia timur.
Sosok keduanya sebagai tokoh muda yang cakap dan sukses. Cerdas santun juga humble. Pasangan ini juga merepresentasikan wajah Islam yg moderat, nasionalis, dan religius.
"Keduanya saling melengkapi dengan latar belakang yang berbeda," imbuhnya.
Ketua Umum Partai Demokrat AHY peraih Adhi Makayasa Trisakti dan Bang Zuĺ sama-sama pernah menimba ilmu di Harvard University.
Bukti kedua sosok muda ini adalah sosok yang pintar dan cerdas, yang sangat cocok untuk menghadapi tantangan zaman bagi indonesia ke depan.
"Tak gampang belajar di salah satu kampus kenamaan dunia itu. Dan mereka membuktikan sanggup menembusnya," imbuhnya.
IJU melanjutkan, gagasan AHY tentang Indonesia di masa depan mendorong anak muda di depan begitu realistis. Kata muda adalah kekuatan bukan sekadar tagline, itu kondisi lapangan.
Indonesia menyongsong bonus demografi, usia muda lebih dominan ketimbang usia tua.
Sepatutnya yang muda harus tampil dan mengisi ruang pengabdian di masyarakat.
Hal tersebut juga dilakukan oleh Bang Zul dengan program beasiswa. Dia percaya anak-anak muda akan menjadi jantung negeri di masa depan.
Gubernur NTB ini kemudian mendapat beasiswa kuliah di seluruh kampus di luar negeri. Target mengirim 1000 orang anak muda.
"Adakah calon pemimpin yang begitu percaya pada anak muda seperti mereka?," tanya IJU.
AHY dan Bang Zul menurut IJU memiliki karakter yang kuat. AHY terus memperkuat pola kepemimpinan. Lebih inklusif dan sanggup menopang semua golongan.
Hal yang sama dilakukan oleh Bang Zul di NTB menerima dan bertemu dengan semua kelompok. Menjadikan posisi kepala daerah sebagai jalan komunikasi dan tidak sakral.
"Indonesia butuh karakter yang seperti AHY-Zulkieflimansyah," tegasnya.(*)