Kisah Rate Wijaya: Dilarang ke Pariwisata, Sukses Jadi GM Tunak Cottage

01 Maret 2023 17:17

GenPI.co Ntb - General Manager (GM) Tunak Cottage Hotel Mandalika Rate Wijaya membuktikan diri bahwa keterbatasan dan kekurangan bukan penghalang menggapai kesuksesan.

Meskipun terlahir dari keluarga yang perekonomiannya pas-pasan, Rate bisa menjadi orang sukses seperti sekarang.

Kedua orang tuanya berprofesi sebagai petani. Mereka pun buta huruf. Kondisi itu membuat Rate hidup jauh dari kata cukup.

BACA JUGA:  Kisah Inspiratif Iman Suryo, Pengusaha Muda dari Bima

"Saya anak petani. Besar di pedalaman Desa Pengengat Pujut dan kesulitan melanjutkan ke perguruan tinggi," kata Rate kepada GenPI.co NTB, Rabu (1/3).

Pria 34 tahun itu pun harus menganggur selama setahun karena tidak punya biaya melanjutkan pendidikan.

BACA JUGA:  Pengusaha Kota Bima Ini Gerakkan Ekonomi Lewat Olahraga

"Pada 2006, saya ke Senggigi untuk kursus di yayasan gratis milik orang Belanda. Namanya Belindo," ucap Rate.

Rate mengaku sempat dilarang orang tuanya terjun ke dunia pariwisata. Sebab, orang tua Rate khawatir anaknya akan meniru gaya hidup bule.

BACA JUGA:  Pengusaha Muda Ini Berdayakan Perempuan Kota Bima

Misalnya, berambut pirang, bertato, bertindik, dan mabuk-mabukan.

"Pariwisata ini dianggap hal baru oleh orang tua dan saya pun sempat dilarang," kata Rate.

Namun, Rate mematahkan keraguan orang tuanya. Setelah training, Rate pun langsung diterima kerja di Novotel dan selanjutnya pindah ke Senggigi.

"Alhamdulillah setelah ada hasil, saya akhirnya bekerja sambil kuliah di Unram jurusan bahasa Inggris," terang Rate.

Rate juga sempat bekerja di Gili Trawangan selama dua tahun, kemudian pindah ke Dmax Hotel sebagai sales dan front office manager selama tiga tahun.

Pada 2018, dirinya diajak BKSDA mengembangkan Gunung Tunak. Namun, saat itu Rate masih terikat kontrak di hotel sebelumnya.

"Saya baru bisa bergabung sebagai GM Tunak Cottage pada 2019 sampai sekarang," kata Rate.

Menurutnya, mengembangkan Tunak butuh kesabaran dan ketekunan karena mempekerjakan karyawan dari nol.

"Banyak yang hanya lulusan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama kami rekrut jadi pegawai," imbuhnya..

Wilayah Tunak juga terkenal rawan dan portal berlapis-lapis sebelum sampai ke kawasan wisatanya.

Namun, kerja keras Rate dan tim berbuah manis. Mereka bahkan tidak merumahkan satu pun karyawan selama pandemi covid-19.

“Pada 2022, kami mendapat posisi nasional desa konservasi dari Kementerian LHK," ucap Rate.

Pengembangan wisata alam berbasis masyarakat sukses mengantar Gunung Tunak menjadi salah satu tempat wisata favorit di NTB.

Konsepnya ialah seratus persen tanpa merusak alam dan menggunakan warga sekitar sebagai tenaga kerjanya.

Kesan rawan kriminal pun berubah menjadi destinasi yang paling diminati, baik oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.

"Hajatan kami saat ini, Gunung Tunak bisa menjadi museum hidup dan menjadi hutan terakhir di wilayah selatan Pulau Lombok," tuturnya.

Di sisi lain, Rate juga tidak melupakan pendidikannya. Saat ini dia menempuh pendidikan magister jurusan manajemen di Universitas Mataram. (*)

 

Redaktur: Ragil Ugeng Reporter: Ahmad Sakurniawan

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co NTB